Menjawab pertanyaan ini, Awali, seorang Expert HR Management dan Director Towers Watson Indonesia, mengatakan bahwa etos kerja seorang tidaklah berdiri sendiri. Memang benar bahwa etos kerja seseorang merupakan bagian dari bawaan atau sikap hidup ( atitute ) yang melekat pada diri seseorang. “Namun bukan berarti tidak terkait dengan faktor eksternal,” ujarnya.
Faktor lingkungan tempat kerja
Awali menjelaskan, dalam banyak karus ketenagakerjaan di Indonesia, sering terjadi semangat dan etos kerja seorang karyawan dipengaruhi oleh faktor lingkungan di tempat kerja.
Sebagai contoh misalnya, “Ada banyak perusahaan yang masih menganggap besaran gaji, dapat menyelesaikan persoalan etos kerja yang rendah, padahal di era persaingan dunia usaha yang semakin ketat ini, faktor gaji bukan satu-satunya alasan orang untuk bekerja atau bertahan di suatu perusahaan,” ujar Awali.
Sebab bukan rahasia lagi, jika setiap orang memiliki visi yang berbeda terhadap jenis pekerjaan serta persepsi yang berbeda terhadap cara perusahaan memperlakukan karyawan.
“Itu maka kesesuaian antara visi dan nilai-nilai individual dengan visi, misi, dan nilai-nilai korporasi menjadi sangat penting,” katanya. Apalagi di era teknologi, dimana arus informasi begitu deras, sehingga semakin membuka mata setiap karyawan terhadap kesempatan yang semakin terbuka.
Karenanya, menjadi penting bagi para praktisi HR Management di Indonesia, untuk semakin memahami kebutuhan karyawan, sehingga dapat membantu menciptakan suasana kerja yang kondusif untuk membantu mendongkrak etos kerja setiap karyawan.
Misalnya saja, dengan memberikan iklim kerja kondusif dan adanya jaminan karir yang terbuka dan lebih kompetitif, lebih fleksibel dalam pengaturan waktu dan tempat kerja ( remote office), serta fleksibel dalam pengaturan jam kerja ( flecxible time). “Di banyak negara, hal-hal seperti ini sudah mulai ditawarkan oleh banyak perusahaan, “ kata Awali.
Faktor eksternal lain yang turut mempengaruhi etos kerja karyawan di suatu perusahaan adalah leadership. Karyawan akan bekerja dengan etos kerja tinggi, jika merasa ada imbalan yang baik dan diperhatikan oleh atasan atau pimpinan. Sebaliknya, jika tidak diperlakukan dengan baik, bisa saja loyalitas mereka tidak pada perusahaan, tetapi kepada profesi. (bersambung).