Selama ini banyak orang dengan mudah mengatakan, “Si A meninggal karena serangan jantung.” Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan serangan jantung? Itu adalah suatu kondisi ketika bagian otot jantung (myocardium) mengalami kerusakan akibat secara mendadak sangat kekurangan pasokan darah.
Hal itu dapat terjadi ketika salah satu nadi koroner terhambat selama beberapa saat, entah akibat spasme (mengencangnya nadi koroner) atau akibat penggumpalan darah (thrombus). Bagian otot jantung kembali segera berfungsi setelah spasme reda dengan sendirinya, gejala-gejala hilang secara menyeluruh dan otot jantung kembali berfungsi secara normal.
Ini sering disebut crescendo angina atau coronary insufficiency. Sebaliknya, apabila pasokan darah ke jantung terhenti sama sekali, sehingga sel-sel yang bersangkutan mengalami perubahan permanen hanya dalam beberapa jam saja, maka hal itu dapat mengakibatkan bagian otot jantung tersebut mengalami penurunan mutu atau rusak secara permanen. Otot yang mati ini disebut infark.
Yang menarik, baru-baru ini ditemukan bahwa sekitar setengah dari jumlah penderita penyakit jantung yang meninggal karena penyakit komplikasi kardiovaskuler (seperti serangan jantung dan stroke) memiliki kadar kolesterol yang normal. Bahkan orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi bisa saja tidak mengalami masalah kardiovaskuler.
Wanita memiliki risiko 4,4 kali lebih tinggi
Baru-baru ini di Harvard University School of Medicine, Cambridge, ahli jantung Paul Ridker, MD, MPH menemukan bahwa tingginya kadar C-Reactive Protein (CRP) dalam darah menjadi faktor risiko utama terhadap terjadinya serangan jantung. (bersambung).