Apa yang dapat di rasakan oleh seorang anak jika mendengar ucapan orangtua seperti ini, “Mama dan Papa lakukan semua ini demi kebahagiaan kamu! Kenapa kamu sama sekali tidak patuh dengan nasehat kami? Akibatnya jadi seperti ini….!”
Kalimat tersebut, sering terlontar dalam pola komunikasi antara orangtua dan anak. Pertanyaannya, apakah memang benar yang dilakukan adalah demi kebahagiaan anak ? Kebahagiaan anak saat ini atau suatu saat nanti? Bahagia atau nyamankah anak diperlakukan seperti ini? Bahagiakah anak diperlakukan demikian?
Mungkin jawaban si anak dalam hati, “ Aku nggak minta Mama-Papa bahagiakan aku.”
Suasana gembirakah saat komunikasi itu terjadi? Rasannya bukan. Yang ada adalah marah, keterpaksaan, cemas. Sesuatu yang justru bisa menimbulkan ketakutan, kebimbangan, ketidakpercayaan diri pada diri si anak. “Dengan pola komunikasi seperti di atas, dapat dipastikan orangtua tidak dapat mewariskan karakter bahagia kepada si anak, “ kata IL. Arinta Salsabila, M.Psi, Expert Parenting Advice dari Soul of Speaking (SOS).
Baca Juga : Membina Hubungan yang Hangat dengan Anak
Lalu sikap positif seperti apa yang perlu dicontohkan? Sebagai orangtua, pernahkah kita bertanya bagaimana caranya agar anak kita bisa tumbuh bahagia? Sebagian orang memang patut bersyukur karena terlahir sebagai pribadi yang mempunyai watak – sifat yang sudah ada sejak lahir – ceria dan tidak mudah terganggu. Meski begitu, bukan berarti anak yang memiliki watak berbeda tidak memiliki kesempatan berbahagia untuk selamanya. Untuk menumbuhkan karakter bahagia, Arinta berbagi tip sederhana seperti berikut ini :
Memberi Contoh untuk Selalu Memaafkan
Memberi contoh untuk selalu memaafkan, bersyukur, dan berterima kasih atas perjalanan hidup yang sudah dilewati, memberi makna yang sangat dalam. Dalam praktiknya ini bisa dilakukan misalnya dengan memberi contoh untuk bertanggung jawab dan menerima konsekuensi, serta menyikapi setiap masalah sebagai saat atau waktunya untuk meningkatkan kapasitas diri.
Selalu Berpikir dan Berperasaan Positif
Sangat penting untuk selalu bersikap dan berpikir positif terhadap apa pun yang datang pada kita. Tidak mudah mengeluh atau komplain serta selalu menyambut hari dengan keceriaan dan optimisme bisa memberi anak kepercayaan diri yang tinggi untuk bersiap menyongsong masa depan.
Selalu ada orangtua yang kurang ikhlas dalam membahagiakan anak. Bukan dalam arti memberi materinya. Tetapi dalam upaya melatih anak untuk siap menderita, karena menurut mereka hidup itu tidak mudah, sehingga anak harus dilatih menderita terlebih dahulu untuk menyiapkan mentalnya.
Namun demikian, keuntungan anak-anak yang dilatih dalam suasana bahagia justru lebih banyak daripada mereka yang dididik dengan pola asuh untuk menghadapi kesulitan. “Anak-anak yang dilatih dalam suasana bahagia biasanya akan lebih kreatif, ekspresif, berpikir terbuka, dan terlatih untuk mengeksplorasi hal-hal yang menarik perhatiannya,” ujar Arinta.
Selain itu, perasaan nyaman dan bahagia juga lebih memungkinkan anak dapat mewujudkan impian serta lebih memudahkan anak menemukan passion yang merupakan cikal bakal profesi dan kariernya kelak. “Secara psikis perasaan bahagia pun dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya, sehingga bisa menghasilkan kebahagiaan lebih besar lagi.” (SA)