Selain itu, para ilmuwan dari Amerika Serikat juga telah membuktikan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah, tetapi juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan berdasarkan penelitian, bahwa gejala gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress, susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang dapat mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Itu maka, tulis Prof. Dr M. Qurasih Shihab, agama menganjurkan kita untuk menahan amarah, dan memberi maaf kepada orang yang berbuat salah, tidak lebih dari tiga hari. Dianjurkan pula, agar segera menutup lembaran lama dan menggantinya dengan lembaran baru.
Dengan begitu, hati akan jadi lebih lapang, dan lega. Sebab memberi maaf, secara psikologis pada hakikatnya sama dengan membersihkan noda dan bekas luka di dalam hati.
Hakikat Memaafkan
Mengapa memaafkan bisa menyehatkan jiwa dan raga? Jika ditelisik dari akar kata Bahasa Inggris ‘forgive’ dari kata ‘ give’ yang berarti memberi, maka ketika seseorang memaafkan, itu juga berarti member. Itu artinya ia harus memiliki sesuatu untuk diberikan, yakni sebuah penerimaan, ketulusan, dan kelapangan jiwa. Itu maka, menjadi masuk akal, jika memaafkan mestilah dilakukan setulus jiwa, bukan hanya di mulut atau lahiriah saja.
Dengan memberikan maaf secara tulus dan ikhlas, meskipun terasa berat awalnya, namun terasa lebih membahagiakan, karena si pemaaf menjadi lapang hatinya, dan kesakitan-kesakitan yang dia rasakan pun terhapus karenanya. (bersambung).