- Saat ini data di Indonesia menyebutkan penderita HIV/AIDS mencapai hampir 650 ribu penduduk. Jakarta masih dilaporkan terbanyak jumlah HIV di Indonesia.
- Menurut Prof. DR.dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD KGEH. MMB, virus HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga pasien yang terinfeksi oleh kuman HIV ini akan mengalami berbagai infeksi oportunistik yang bisa mematikan penderitanya.
Sehatalami.co ~ Hari ini, masyarakat di dunia memperingati Hari AIDS Sedunia. Hari AIDS Sedunia sudah diperingati setiap tahun pada 1 Desember, sejak 31 tahun lalu. Peringatan Hari AIDS Sedunia, dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global tentang bahaya HIV/AIDS.
Itu mengapa, setiap peringatan Hari AIDS Sedunia, masyarakat kembali diingatkan tentang apa itu HIV/AIDS, mulai dari bahaya, gejala, cara penularan, dan bagaimana mencegahnya.
Sebagai informasi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV memiliki tiga tahapan infeksi yang akhirnya bisa menyebabkan AIDS.
Penularan HIV/AIDS
Lalu bagaimana, seorang bisa terjangkit HIV/AIDS? Pada dasarnya siapapun, segala usia bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi sekalipun. Banyak cara orang bisa terpapar virus HIV.
Umumnya penularan HIV bisa melalui cairan tubuh. Seperti darah, air mani, caiaran vagina hingga air susu ibu yang terinfeksi HIV. Cara penularan HIV yang paling umum yaitu melalui hubungan seksual. Baik dari pria ke wanita, ataupun sebaliknya, termasuk sesama jenis.
Penularan HIV terjadi saat hubungan seksual melalui beberapa cara lainnya. Seperti seks melalui vagina, anak, hingga seks oral.
Cara penularan HIV selanjutnya yaitu melalui jarum suntik. Jarum suntik yang terkontaminasi darah yang terinfeksi HIV sangat berisiko. Oleh karena itu patut diwaspadai penggunaan jarum suntik bekas. Adapun dalam kasus lain penggunaan suntik lainnya bisa terjadi melalui aktivitas tindik atau tatto.
Menurut Prof. DR.dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD KGEH. MMB, sebagaimana di posting di halaman FB pribadinya, virus HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga pasien yang terinfeksi oleh kuman HIV ini akan mengalami berbagai infeksi oportunistik yang bisa mematikan penderitanya.
Saat ini data di Indonesia menyebutkan penderita HIV/AIDS mencapai hampir 650 ribu penduduk. Jakarta masih dilaporkan terbanyak jumlah HIV di Indonesia.
“Menjadi PR kita semua mengingat Jakarta sebagai ibu kota negara mustinya kesadaran masyarakat sudah tinggi agar tidak terhindar dari penyakit HIV AIDS penyakit virus yang bisa dicegah penularannya,” tulisnya di laman FB pribadinya (1/12/2019).
Selanjutnya, dalam kesempatan hari AIDS dunia ini, ia mengingatkan kembali akan kasus HIV AIDS yang sudah pernah diagnose dan pernah ia tangani. Menurutnya, banyak penderita yang ditanganinya selama ini berasal dari beragam profesi. Mulai dari usia 25 hingga 65 tahun. Mulai dari para penjaja seks bebas, hingga ibu rumah tangga.
“Sebagian besar pasien-pasien ini sudah berobat ke dokter lain, tapi diagnosis HIV belum terpikirkan oleh dokter-dokter sebelumnya. Umur pasien juga bervariasi. Ada yang baru berumur 25 tahun. Bahkan ada yang berumur 65 tahun.Profesinya juga macam-macam dari mulai penjaja seks sampai ibu rumah tangga. Jadi boleh dibilang bahwa HIV, dapat diderita oleh siapa saja dan dari semua kalangan,”terangnya.
Gejala pasien HIV/AIDS
Sebagian besar pasien datang dengan diare kronis, diare yang sudah berlangsung lebih dari 2 minggu. Sebagian besar pasien datang dengan berat badan turun. Faktor risiko menjadi tidak jelas ketika pasien bukan pengguna narkoba jarum suntik, bukan pelaku seks bebas baik dengan lawan jenis maupun sejenis.
Gejala-gejala pertama yang muncul bisa macam2, ada juga pasien yang terdiagnosis setelah tindakan endoskopi ditemukan jamur pada kerongkongannya (esofagus).
Lidah yang putih akibat jamur disertai berat badan turun juga perlu diduga disebabkan oleh virus HIV. TBC paru pada pasien dengan risiko tinggi menderita HIV AIDS harus dievaluasi kemungkinan terinfeksi HIV.
Selain itu, kadang juga terjadi gangguan kulit pasien yang terjadi terutama pada tangan pasien bisa menjadi gejala awal HIV AIDS. Bahkan ada pasien yang datang sudah kejang-kejang akibat virus HIV sudah mengenai otaknya.
Menurutnya, dengan semakin banyak kasus HIV di tengah masyarakat mestinya kemampuan dokter untuk mendeteksi kasus ini tinggi. Semakin cepat diobati semakin cepat kita mencegah komplikasi yang terjadi.
“Saat ini pasien-pasien saya yang diobati dan harus minum obat seumur hidup dan juga obatnya gratis dari pemerintah bisa hidup normal tanpa keluhan bahkan berat badan mereka sudah kembali seperti sebelum sakit,”terangnya.
Seks bebas merupakan faktor risiko utama bagaimana virus tersebut berpindah dari satu orang ke orang lain. Suami atau istri yang menderita HIV akan menularkan kepada istri atau suaminya. Ibu penderita HIV bisa menularkan kepada anak-anak yang dilahirkan.
Orang serumah atau orang sekantor atau teman sekolah dengan penderita HIV tidak akan tertular kalau hanya sekedar ngobrol atau bekerja dalam satu tim, makan bersama, berenang bersama atau duduk dalam ruangan yang sama.
Untuk itu, ujarnya agar kasus HIV/AIDS bisa dicegah dan angka kejadiannya bisa ditekan dan agar jumlah kasus ini tidak meningkat. Maka, siapapun yang berisiko,yang pernah berhubungan dengan orang lain yang bukan pasangan resmi, silahkan periksa status HIVnya untuk mengetahui apakah anda mempunyai virus HIV atau tidak. “Semakin cepat di deteksi semakin cepat diobati semakin rendah menularkan ke orang lain,” katanya. (SA)