Kondisi tersebut bahkan mengalahkan kegiatan olahraga empat kali seminggu (30%) dan aktivis agama (29%) dalam hal umur panjang. Penelitian lain terhadap 427 wanita menunjukkan bahwa mereka yang aktif kerja sosial memiliki kesehatan fisik dan mental yang masih prima 30 tahun kemudian. Benarkah berbuat kebajikan merupakan salah satu cara untuk meraih kesehatan?
Memberikan bantuan dengan ikhlas, akan membuat si pemberi merasa senang dan relaks. Apalagi jika si penerima bahagia dengan pemberian atau bantuannya. Rasa senang dan relaks akan membuat tubuh memproduksi hormon endorfin (semacam morfin alami).
Hormon ini akan menghambat produksi hormon serotonin (yang menyebabkan kita bersemangat, memicu emosi, memicu aktivitas dll.). Aktivitas tubuh (secara fisik maupun emosi) akan memproduksi radikal bebas yang ‘melahap’ sel-sel tubuh. Jika produksi radikal bebas berlebihan, maka kesehatan tubuh terganggu.
Hormon endorfin yang terbentuk saat tubuh dan pikiran relaks akan menghambat produksi hormon serotonin, sehingga produksi radikal bebas pun berkurang. Dengan demikian, kesehatan tubuh terjaga.
“Jika Anda mendambakan hidup bahagia, relaks, dan merasa dekat dengan lingkungan sosial, maka jawabannya adalah kembangkan sikap murah hati, jangan pelit,” kata Stephen Post, PhD, bioethicist dan salah seorang penulis buku Why Good Things Happen to Good People.
Mulailah dengan hal-hal kecil. “Bermurah hatilah setiap hari. Walaupun hanya sedikit, tetapi dapat membuat Anda bahagia, sehat jasmani dan rohani, dan panjang umur,” demikian tulis Stephen Post.
Jangan bilang, bukan urusan saya
Kita bisa memberi atau bersedekah lebih banyak jika pikiran kita tidak terkotak-kotak. Citra diri sebagai seorang ibu, pegawai eksekutif, guru, pegawai negri dll. dapat membatasi pandangan kita untuk memberi atau bersedekah.
“Oh, itu bukan urusan saya. Itu urusan pemerintah,” kata Anda ketika dihadapkan pada permohonan bantuan untuk korban banjir di provinsi lain yang bukan provinsi tempat tinggal Anda. (bersambung).