Ada cerita bagus dalam buku The Power of Serving Others karangan Gary Morsch, MD. Pada 1996 Gary Morsch dikirim ke Kalkuta, India, sebagai dokter. Ia membawa 90 sukarelawan dan obat-obatan seharga 2 juta dolar untuk membantu Mother Teresa and the Sisters of Charity.
Setibanya di sana, dokter Morzch bukannya langsung diminta menangani para pasien yang sakit dan yang sekarat, melainkan ia dibawa ke tumpukan sampah yang berbau busuk, diberi dua buah ember dan sebuah sekop. Ia harus membuang sampah tersebut ke tempat pengumpulan sampah.
“Barangkali mereka salah,” pikir dokter Morzch. “Aku ke sini kan sebagai dokter untuk mengobati dan membantu pasien-pasien Mother Teresa.” Teka teki itu baru terjawab ketika ia masuk ke ‘rumah perlindungan’ (mereka menyebutnya shelter) para pasien.
Di pintu masuk tulisan ”We can do no great things, only small things with great love” . Tulisan ini dianggap sebagai pelajaran hidup oleh Morsch, sampai sekarang. “Saya menyimpulkan bahwa pelayanan yang sebenarnya bukanlah apa yang seharusnya saya lakukan berkaitan dengan siapa sebenarnya saya. Tetapi segala sesuatu yang bisa saya lakukan dengan ikhlas kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan saya,” kata Gary Morsch, MD.
Sekarang coba bayangkan, Anda seorang mekanik atau arsitek. Tak ada salahnya Anda datang ke penampungan korban banjir dan membantu memasak, membersihkan tenda mereka, atau hanya membesarkan hati mereka. Bisa saja Anda mengatakan, “Kasih saja uang dan salurkan kepada lembaga khusus yang mengurusi mereka. Selesai.”
Namun, itu bukan sikap memberi yang tulus, yang disertai cinta sesama. Menurut Morsch, Anda bisa memberi bantuan langsung kepada yang membutuhkan, berupa materi yang diperlukan atau hanya berupa nasehat atau hiburan emosional yang dibutuhkan mereka. (bersambung).