Ibarat sungai, sikap murah hati akan ‘mengalir’ menguntungkan banyak pihak. Ibarat tanaman, sikap murah hati akan memberikan ‘buah’ yang menguntungkan si pemberi. Demikian pendapat Sharon Salzberg, penulis buku Lovingkindness yang juga pendiri Insight Meditation Society.
Gift –giving menurut gender
Di negara Barat, memberikan hadiah (gift-giving) telah lama menjadi obyek favorit untuk penelitian di bidang kelakuan manusia (human behaviour). Para ahli psikologi, antropologi, ekonomi, dan pelaku pasar sangat menaruh perhatian.
Ada pesamaan kesimpulan yang mereka peroleh, yaitu sikap memberi merupakan suatu bagian dari interaksi antar manusia yang sifatnya kompleks dan penting. Gift-giving mengakrabkan hubungan sosial dan menguatkan ikatan antara famili dan antara teman. Oleh karena itu, gift-giving tidak akan pernah hilang atau mereda.
Menurut para ahli psikologi, dalam proses memberi, yang lebih diuntungkan justru si pemberi jika pemberian dilakukan dengan tulus. Si pemberi merasa berbahagia terutama jika pemberiannya diterima dengan rasa syukur. Dan ini berpengaruh baik pada kondisi kejiwaannya.
Sedangkan mereka yang menolak pemberian atau bersikap pelit dalam memberi, akan kehilangan hubungan baik atau keakraban dengan famili dan teman-teman. Demikian pendapat Ellen J. Langer, Guru Besar Psikologi di Harvard University.
Nilai sosial dari sikap memberi, telah dikenal sejak zaman dulu. Upacara-upacara ritual banyak suku bangsa selalu berhubungan dengan sikap menerima dan memberi. Status terhormat dikenakan pada mereka yang banyak memberi bukan mereka yang memiliki banyak harta. (bersambung).