Toksin juga diproduksi secara alamiah oleh tubuh kita sendiri melalui proses metabolisme. Setiap hari di dalam tubuh terjadi proses pembelahan berjuta sel baru untuk menggantikan sel-sel yang sudah tua atau aus.
Pada kondisi normal, tubuh kita secara otomatis akan membuang sendiri sel-sel tua dan toksin secara teratur dari dalam tubuh melalui berbagai saluran pembuangan tubuh, misalnya lewat keringat, urine, dan buang air besar (BAB).
Namun, meningkatnya polusi udara, perubahan gaya hidup dan pola makan modern yang tinggi lemak, gula, serta banyak bertumpu pada makanan olahan mengakibatkan penumpukan ampas metabolisme dan toksin yang melebihi batas kemampuan sistem pembuangan tubuh.
Akibatnya, pembuangan toksin tidak berjalan secara optimal. Jika kondisi ini dibiarkan, toksin yang menumpuk akan menyebabkan toksemia, yaitu kondisi keracunan dalam darah yang memicu penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, penuaan dini, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Puasa sebagai metode detoksifikasi tertua di dunia
Puasa merupakan metode detoksifikasi paling tua dalam sejarah, sekaligus paling aman dan paling efektif. Organ vital yang menjadi target dalam program detoks yang efektif adalah usus dan liver. Menurut para ahli terapi nutrisi dan detoksifikasi, dr. Widya Murni, MARS, Dipl. of IHS dari Jakarta Anti Aging Center (JAAC), hampir semua penyakit degeneratif dapat dihubungkan dengan kondisi keracunan dalam saluran usus (intestinal toxemia).
Mengapa? Karena setiap jaringan pada tubuh mendapat makanan dari darah, dan darah mendapatkannya dari usus. Setiap zat yang masuk ke dalam tubuh kita akan masuk ke dalam darah melalui dinding-dinding usus.
Artinya toksin yang berada dalam usus juga akan ikut bersirkulasi bersama aliran darah sampai ke sel-sel di seluruh penjuru tubuh kita. Toksin-toksin inilah yang memicu terjadinya kerusakan pada sel-sel tubuh yang mengakibatkan penuaan dini dan berbagai penyakit kronis. (bersambung).