Mengapa puasa efektif sebagai metode detoks?
Toksin juga terbentuk akibat ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi bila jumlah sel-sel tua lebih banyak daripada jumlah sel-sel baru. Nah, puasa akan mempercepat proses detoksifikasi sekaligus melancarkan proses pembentukan sel-sel baru.
Ada empat tahap metabolisme makanan yang terjadi di dalam tubuh, yaitu pencernaan, penyerapan, asimilasi, dan pembuangan. Ketika kita berpuasa, tubuh secara alami akan menurunkan intensitas proses pencernaan, penyerapan, dan asimilasi makanan serta meningkatkan proses pembuangan toksin dari dalam tubuh.
Prof Dr Ali Khomsan, ahli gizi dan guru besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor, menjelaskan bahwa proses detoksifikasi di kala puasa lebih maksimal karena metabolisme pengeluaran racun di dalam tubuh berlangsung setiap saat. Selain itu, saat puasa kita makan lebih sedikit sehingga racun-racun dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh juga lebih sedikit. Karenanya, proses detoks akan berjalan lebih efektif.
Selain membantu proses detoks, saat kita berpuasa terjadi pembatasan kalori (calorie restriction). Ali Khomsan juga mengatakan bahwa dengan berpuasa umumnya kita hanya makan 80 persen dari asupan kalori sehari-hari, karenanya wajar bila sehabis puasa terjadi penurunan berat badan sebanyak 5-10 persen. Pembatasan kalori juga berefek mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, diabetes, dan memperpanjang usia.
Bagaimana pembatasan kalori bisa berefek memperpanjang usia? Ketika kita makan nasi atau ikan yang merupakan makanan sumber kalori, maka di dalam tubuh terjadi proses untuk mengubahnya menjadi energi.
Dengan energi inilah kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Hanya saja proses perubahan kalori menjadi energi ini memerlukan kehadiran oksigen, dan membanjirnya oksigen akan menghadirkan pula radikal bebas. (bersambung).