4. Merasa setara
Rasa iri kerap timbul terhadap orang-orang yang menganggap dirinya setara dengan objek atau orang yang membuatnya merasa iri. Apalagi jika di antara mereka terdapat persaingan. Misalnya sesama sekretaris, atau persaingan antara dua anak agar lebih diperhatikan orangtua.
Apa yang harus dilakukan?
Iri dan dengki adalah emosi. Seperti marah atau sedih, selama kita tidak memeliharanya, maka emosi tersebut bisa menghilang dengan cepat. Saat ini Anda mungkin merasa dengki terhadap seseorang, tapi esok belum tentu. Jika Anda nekad merusak keberuntungan “saingan”, mungkin esok Anda akan menyesalinya.
Daripada merasa sakit hati karena teman Anda lebih berhasil dalam karier, anak tetangga mengalahkan anak Anda pada lomba menggambar, adik Anda lebih kaya, sahabat Anda lebih populer; lebih baik pikirkan kembali, apa manfaatnya perasaan itu Anda pelihara. Apa untungnya jika Anda berusaha menjatuhkan saingan Anda?
Karena Anda juga belum tentu akan mendapat keberuntungan sebagaimana yang telah didapatkan saingan Anda. Apa untungnya terus-menerus memelihara iri dan dengki, sementara orang yang Anda pikirkan mungkin tidak merasa apa-apa.
Merasa iri dan dengki membutuhkan energi yang besar, apalagi memikirkan cara menjatuhkan orang lain. Jika Anda merasakan emosi itu melanda Anda, cobalah untuk mengabaikan. Tertawakan diri Anda karena mempunyai emosi “rendahan”. Berbaringlah di tempat yang nyaman atau lakukan sesuatu yang menyenangkan.
Jika Anda merasa energi Anda berlebih, bukankah lebih baik jika energi tersebut digunakan untuk meningkatkan kekurangan Anda. Misalnya mengikuti pelatihan untuk hal-hal yang kurang Anda kuasai, memeriksakan bakat anak sehingga lebih mengenal bakat anak yang sebenarnya, lebih giat mencari peluang, dan belajar lebih memahami orang lain. Jika Anda tidak berhasil, terimalah kenyataan bahwa Tuhan punya maksud tersendiri yang tidak kita mengerti. (SA)