Itu sebabnya, sejak dulu asam jawa manjur dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh peradangan (seperti demam, wasir, nyeri, bisul, rematik, gingivitis, radang tenggorokan, alergi, jerawat, dan masih banyak lagi. Sistem pengobatan Ayurveda di India bahkan mengandalkannya dalam mengatasi macam-macam gangguan pencernaan dan menguatkan fungsi jantung .
Riset terbaru menemukan, asam jawa juga memiliki efek antibiotik yang kuat. Dalam studinya, JH Doughari, peneliti dari Department of Microbiology, Federal University of Technology, Nigeria, menemukan bahwa kandungan alkaloid, tanin, saponin, sesquiterpenes, serta phlobatamin dalam buah asam jawa terbukti aktif melawan bakteri.
Dalam studi lain ditemukan, beberapa jenis bakteri yang mampu dilawan secara efektif oleh asam jawa di antaranya adalah Bacillus subtilis (penyebab infeksi lambung dan organ pencernaan), Salmonella paratyphi dan Salmonella typhi (penyebab tifus),dan Staphylococcus aureus (penyebab infeksi pada jerawat, bisul, pneumonia, meningitis, infeksi tulang dan sumsum, dll). Penelitian tersebut membuat asam jawa dinilai potensial dikembangkan sebagai antibiotik.
Wanita hamil harus hati-hati
Sebagai pertolongan pertama terhadap gangguan sehari-hari, dosis tradisional masih cukup efektif dan aman. Namun, sebagai obat,Dr Dini berpendapat, asam jawa yang dikonsumsi sebaiknya telah memenuhi standar “good practice” mulai dari tahap penanaman, pemanenan, uji ilmiah, hingga produksi, sesuai Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). “Dengan begitu, keamanan, efektivitas, serta kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan,” tuturnya.
Yang perlu diingat, wanita hamil, terutama yang berada pada fase trimester pertama, sebaiknya berhati-hati dalam mengonsumsi asam jawa. Pasalnya, herba tersebut juga banyak mengandung asam dan flavonoid, yang berperan dalam meluruhkan haid. Konsumsi asam jawa dikhawatirkan dapat menyebabkan keguguran.
Selain itu, orang yang sedang menjalani terapi aspirin atau pengencer darah sebaiknya tidak mengonsumsi asam jawa, karena dapat terjadi interaksi obat yang menyebabkan pendarahan (SA)