Ini disebabkan, asam jawa bersifat merangsang saraf, otot, dan selaput lendir di dalam usus. Dengan demikian, gerakan peristaltik usus dan produksi lendir meningkat. Kotoran menjadi lunak dan lebih mudah dikeluarkan dalam bentuk feses sehingga melancarkan buang air besar.
Secara ilmiah, peran buah asam sebagai pelangsing pernah diteliti oleh Maruf Iftekkar dari Faculty of Pharmacy, University of Dhaka, Bangladesh. Dalam penelitiannya yang berjudul “Effect of tamarind fruit on blood pressure and lipid profile in human model”, Iftekkar menemukan bahwa 20 responden yang diberi ekstrak buah asam jawa sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.
Asam jawa dianggap mengikat kadar lemak dalam darah. Dalam penelitian yang sama, Iftekkar memang menemukan penurunan kadar kolesterol secara signifikan pada responden-respondennya. Mungkin, inilah yang membuat asam jawa dianggap mampu “membuang” lemak sehingga melangsingkan badan.
Anggapan ini mungkin perlu ditinjau kembali, mengingat dalam penelitian yang sama, Iftekkar juga menemukan bahwa di saat yang sama dengan penurunan kolesterol tadi, kadar trigliserida dalam darah justru meningkat (Pakistan Journal of Pharmaceutical Science, Vol 19 (2), 2006).
Potensial sebagai antibiotik
Asam jawa mengandung senyawa alkaloid, asam sitrat, fenilalanin, phlobatamin, saponin, sesquiterpenes, tanin, dan masih banyak lagi. Kandungannya itu membuat asam jawa memiliki efek farmakologis sebagai anticacing, antiseptik, antivirus, juga antiradang. Asam jawa, terutama bagian kulit kayunya bersifat sebagai astringen yang berperan menciutkan jaringan, sekaligus sebagai tonik (penguat).