Piramida makrobatik
Pilihan pola makan sehat lainnya jatuh pada piramida makrobiotik yang awalnya banyak diterapkan di kawasan Asia Oriental. Sekalipun tampaknya rumit, dengan berdasarkan pada teori yin-yang, diet makrobiotik sesungguhnya tidak sulit dipahami. Agar dapat mempraktekkannya dengan mudah, kita bisa berpatokan pada persentase sumbangan jenis makanan tertentu dalam menu harian.
Secara umum, piramida makrobiotik mengutamakan padi-padian (50 – 70% dari volume makanan), khususnya beras tumbuk atau beras merah, pada tempat teratas. Pada peringkat berikutnya adalah sayuran (25 – 30%).
Sumber protein nabati dan ikan mencakup 10% dari volume makanan harian. Sumbangan makanan harian berasal dari rumput laut disyaratkan sebanyak 5 – 10%. Selebihnya, sekitar 10% dari volume makanan harian, harus dipenuhi dari buah-buahan segar.
Piramida makanan Hay Diet, yang kemudian populer sebagai Food Combining, tidak meletakkan bahan makanan pokok sumber karbohidrat pada puncak piramida. Soalnya, nasi atau penggantinya dikonsumsi hampir sama banyak dengan buah-buahan dan sayur-sayuran segar.
Susu sapi tidak disarankan dikonsumsi, karena justru dapat mengganggu efektivitas penyerapan zat gizi makanan secara keseluruhan. Namun susu fermentasi (yogurt) dianjurkan.
Kini agaknya kesadaran akan pentingnya hidup sehat telah berbalik berkiblat ke Timur, dengan makan lebih banyak bahan nabati dan rada-rada menjauhi bahan hewani. Jika demikian tuntutannya, mestinya tak sulit bagi kita untuk bisa hidup sehat dan panjang usia. Bukankah di negeri kita sayur-sayuran segar, buah-buahan segar, dan kacang-kacangan melimpah dan harganya relatif terjangkau? (SA)