Selain itu, kandungan bahan aktif lain yang sering terdapat di dalam tabir surya, seperti PABA (Para Amino Benzine Oxide), oxybenzone, dan octinoxate, juga dikhawatirkan dapat memicu terjadinya iritasi pada kulit. Meski masih menjadi perdebatan di dunia medis, tapi tidak ada salahnya jika Anda lebih berhati-hati memilih produk.
6. Cermati masa penggunaan
Sebelum mengoleskan tabir surya, sebaiknya cermati dulu bentuk, warna, dan aromanya karena kebanyakan masa penggunaan tabir surya tidak sepanjang kosmetika pada umumnya, paling lama sekitar 3 tahun. Itupun jika Anda menyimpannya dengan benar.
Menurut Mitchell Chasin, MD, direktur medis Reflection Center for Skin and Body di New Jersey, AS, membiarkan tabir surya tersimpan atau tergeletak di suhu panas dalam waktu lama dapat mengurangi efektivitasnya. Jadi, simpanlah tabir surya di tempat bersuhu rendah atau teduh. Jangan lupa, kocok dulu sebelum digunakan agar partikel-partikel yang menggumpal di bawah dapat tercampur dengan baik.
7. Tidak cukup hanya tabir surya
Melindungi kulit dari efek negatif paparan sinar UV, tidak cukup memakai tabir surya saja. Menambah kebutuhan vitamin D lewat makanan atau suplemen tetap diperlukan. Selain itu, mengonsumsi sayuran serta buah-buahan segar yang kaya likopen dan antioksidan alami, seperti paprika, labu kuning, tomat, brokoli, semangka, dan anggur juga sangat dianjurkan.
Jika akan berpergian, pastikan Anda tetap menggunakan perlindungan tambahan, seperti kacamata, topi, atau payung. Meski tidak melindungi kulit 100%, tetapi cara-cara tersebut bisa menjadi solusi jangka panjang dalam mengantisipasi efek pemanasan global yang semakin mengoyak lapisan ozon. (SA)