Bahkan, penelitian lain menyebutkan bahwa 66% dari kelompok orang yang penghasilannya kurang dari 35.000 dolar Amerika per tahun menganggap dirinya sangat suka kerapian. Sementara pada kelompok lain yang penghasilan per tahunnya lebih dari 75.000 dolar Amerika, hanya 11% yang mengaku sangat menyukai kerapian.
”Kita sering dinasehati, untuk selalu menjaga kebersihan dan kerapian. Sesuatu yang berantakan identik dengan kegagalan. Padahal tidak demikian,” tegas David Freedman, penulis buku A Perfect Mess: The Hidden Benefit of Disorder. Freedman menambahkan bahwa kondisi yang berantakan dalam kadar tertentu (misalnya dalam rangka trial and error) sebenarnya bisa mengembangkan produktivitas, kreativitas, dan kualitas hidup.
Jangan jadi obsesif
Tentu, kenyataan ini tidak berarti kita dilarang untuk berusaha mencapai kesempurnaan atau membiarkan diri kita hidup tanpa aturan dan tujuan. Dan Baker, PhD, penulis buku What Happy Women Know, berkata, ”Ambisi bisa membuat kita berkembang, dan perfeksionisme dalam dosis yang tepat bisa meningkatkan kepuasan hidup.”
Purnawan EA, seorang mental motivator yang juga hipnoterapis menambahkan, “Bayangan-bayangan kenyamanan ketika ingin punya rumah dan mobil bagus, misalnya, tentu tidak salah jika digunakan sebagai perangsang untuk menjalani hidup dan karir dengan penuh semangat. ”Fungsinya hanya sebagai bumbu, bukan pokok kehidupan,” Purnawan mengingatkan.
Masalahnya, seringkali keinginan dan harapan untuk menjadi sempurna itu berubah menjadi sebuah obsesi, bahkan tidak bisa menerima segala sesuatu yang kurang dari sempurna. Kondisi seperti inilah yang justru merusak diri kita. (bersambung).