Itu adalah salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan setelah klien/para peserta mendapat penjabaran yang terjadi atas suatu ketidaknyamanan. Makanan memang kebutuhan paling dasar mahluk, kalau tidak dapat dikatakan primitif.
Badan memerlukan makanan Nutrisi berkomposisi seimbang, otak membutuhkan makanan pikiran berirama dinamis, perasaan menginginkan makanan batin berenergi harmonis. Penyatuan secara menyeluruh dari ketiganya dikehendaki oleh setiap karakter cerdas untuk mendapatkan resultan congruent yang fantastik. Bahasan kali ini akan mencermati khusus tentang makanan fsik yang menyentuh area pikiran dan perasaan.
Kenyataan sehari-hari menunjukkan bahwa yang banyak dipahami di setiap lapisan intelektual adalah pengertian parsial dan keinginan pintas. Dari hal paling mendasar untuk kebutuhan esensial badan yaitu air, banyak yang menginginkan jawaban pasti tentang berapa banyak yang diperlukan oleh tubuh tetapi di sisi lain memperparah sendiri kebutuhan itu dengan konsumsi minuman berkafein dan bertanin, belum lagi yang bergula tinggi.
Kafein dan tannin di satu sisi memang meyegarkan, bahkan para gym freak mengenal suplemen dengan fungsi memperbanyak keringat saat latihan yang kandungan sebenarnya adalah kafein. Di segi lain, minuman berkafein dan tanin ini mempunyai efek menguras carian dari tubuh, lebih dari jumlah air yang masuk bersama minumannya.
Efeknya adalah kekurangan cairan tubuh dengan berbagai gejalanya yang seringkali tidak disadari karena tertutup oleh keinginan untuk tidak sering ke toilet.
Selain itu kafein juga mempunyai efek mengambil mineral seperti kalsium dari tubuh, dan dari mana lagi kalsium itu akan diambil kalau bukan dari cadangan yang banyak yaitu di tulang, dan tubuh akan mengatakannnya dengan bahasa bernama osteoporosis.
Bahasa lain juga mengkin diekspresikan melalui saluran cerna dalam bentuk produksi asam lambung yang berlebih tapi sering diartikan sebagai efek makan tidak teratur. Minuman bergula tinggi mempunyai efek stagnasi cairan dimana cairan tertahan yang artinya lambat bersirkulasi dengan efek distribusi nutrisi lambat, proses detoksifkasi lambat, pertukaran energi juga lambat.
Kita juga sering lupa bahwa diri yang cerdas ini punya cara mengukur kecukupan yang sangat mudah, praktis dan bagus yaitu cukup dengan mengamati apakah air seni yang keluar itu sudah jernih tanpa busa. Kalau pandangan kasat mata itu memberi jawaban “ya”, artinya sudah cukup tanpa perlu mencocokkan dengan tabel warna atau apapun lainnya. (bersambung)