Aturan No. 2: Jangan makan plastik
Wah, memangnya kita tak punya otak, kok makan plastik! Ah, tapi Anda memang makan plastik! Kemungkinan besar Anda termasuk di antara 93% warga Amerika dengan level terdeteksi biphenol-A (BPA) dalam tubuhnya, dan Anda juga merupakan bagian dari 75% warga Amerika dengan level terdeteksi phthalates.
Keduanya merupakan bahan kimia sintetik yan ditemukan dalam plastik dan berpura-pura (berpenampilan dan bertindak seakan-akan) sebagai estrogen –yaitu hormon kewanitaan artifisial. Dan seperti pestisida, zat kimia berbahan dasar plastik ini mengecoh tubuh kita dengan menimbun lemak bukannya membangun otot.
Dengan meminimalisasi paparan obesogens berbahan dasar plastik ini, akan memaksimalkan pengurangan penimbunan lemak dan pembangunan massa otot. Caranya?
- Jangan memasak/memanaskan makanan dalam wadah plastik atau menaruh barang-barang yang terbuat dari plastik di dalam tempat cucian. Kemungkinan plastik-plastik tersebut akan cedera/rusak kemudian terbasuh dan melepaskan obesogens. Menurut laporan jurnal Toxicology Letters, BPA dalam bentuk polycarbonate (yang terdapat pada botol-botol minuman olahraga) 55 kali lebih cepat terlepas jika dipanaskan dibanding dalam keadaan dingin.
- Jangan membeli makanan berlemak yang dikemas dengan wadah plastik, karena EDC’s tersimpan di dalam jaringan lemak. Umumnya plastik pembungkus dibuat dari polyethylene yang bisa melarutkan EDC’s. Namun plastik yang dibuat dari PVC tetap aman, biasanya digunakan di banyak supermarket.
- Jangan mengkonsumsi makanan kalengan. Pilih ikan tuna dalam bungkusan, bukan yang kalengan. (bersambung).