Penyebab penyakit seliak
“Ada 2 penyebab utama peyakit ini, yaitu genetik dan lingkungan,” kata Dr Widodo dalam tulisan lepasnya mengenai penyakit seliak. Berarti, jika ada anggota keluarga yang kena seliak, ada baiknya Anda memeriksakan diri kalau mengalami tanda-tanda atau gejala-gejala yang berkaitan dengan seliak. Juga anak yang pucat, rewel, tidak bagus pertumbuhannya, mempunyai perut buncit dan pantat yang rata serta tinja yang bau dan banyak, perlu dikonsultasikan untuk seliak.
Tes yang paling dianjurkan oleh dokter untuk menentukan penyakit seliak adalah dengan mengukur kadar antibodi melalui tes darah. Orang dengan seliak mempunyai kadar antibodi yang lebih tinggi dari normal, khususnya antibodi jenis anti-gliadin, anti-endomysium (EMA) dan anti-tissue transglutaminase (tTG). Terutama kedua antibodi yang terakhir adalah marker yang diandalkan untuk mendeteksi penyakit seliak.
Antibodi adalah protein dengan tugas khusus untuk menumpas substansi asing dalam tubuh. Pada orang dengan penyait seliak, sistem imun mengalami eror sehingga gluten dianggap sebagai substansi asing. Akibatnya, diproduksi antibodi dalam jumlah berlebihan untuk mengusir gluten. Terjadi reaksi alergi dan peradangan yang merusak villi.
Untuk memastikan seberapa jauh kerusakan yang terjadi pada villi, dokter akan melakukan biopsi dan mengambil contoh jaringan intestin dengan bantuan endoskop yang fleksibel. Tes lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan diet bebas gluten sebagai percobaan. Pada pasien dengan penyakit seliak akan terjadi pengurangan gejala secara signifikan dalam waktu beberapa hari saja.
“Sekali kena seliak, penyakit ini menetap untuk jangka panjang dan tidak ada obatnya. Satu-satunya cara mengatasinya adalah dengan diet bebas gluten,” kata Dr Widodo.
Contohnya adalah Mira dan Talina yang sudah menjalani diet bebas gluten secara ketat, masing-masing selama 5 tahun dan 1½ tahun. “.Memang gejala anemia, anxiety (rasa khawatir yang berlebihan), demensia (lupa berat) dan migren saya menghilang,” Mira kembali bersaksi. “Tapi, begitu saya salah makan makanan yang mengandung gluten “tersembunyi”, gejala-gejala lama seperti diare, kram, mual, anxiety, lupa, migren, dan nyeri pada tulang kembali muncul.”
Dr Widodo juga menemukan bahwa diet bebas gluten pada penyakit seliak memberi konstribusi yang bermakna pada pasien anak-anak di klinik Picky Eaters Clinic setelah beberapa hari saja, meski dibutuhkan beberapa minggu untuk menumpas peradangan pada usus kecil. Sementara untuk menyembuhkan peradangan dan menumbuhkan villi seperti semula dibutuhkan beberapa bulan pada anak muda. Pada orang tua, prosesnya bisa lebih lama lagi – 2 sampai 3 tahun. (bersambung).