Sementara, Don Colbert, penulis buku The Deadly Killer, menyatakan bahwa orang yang tidak dapat mengendalikan stres emosional berisiko mengalami kematian 40 persen lebih tinggi dibanding mereka yang tidak mengalami stres.
Bisa jadi Anda bertanya-tanya, bagaimana mungkin pikiran atau perasaan bisa menimbulkan penyakit pada tubuh kita? Cohen dan Williamson meyakini bahwa emosi negatif mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Dr Candace Pert, seorang ahli tentang stres dari Amerika Serikat pun sepaham dengan hal ini. Pert mengatakan bahwa otak kita menafsirkan rasa marah, takut, dan stres sebagai gangguan, yang kemudian menimbulkan reaksi pada sistem kekebalan tubuh.
Saat kita merasa tertekan, otak akan memerintahkan tubuh untuk melepaskan adrenalin, yang bertugas mengatasi stres. Bila hormon stres yang dilepaskan terlalu banyak akibat emosi negatif yang berlebihan, maka tubuh akan melepaskan hormon kortisol untuk menetralkannya.
Peningkatan kadar kortisol ini pada akhirnya menyebabkan gangguan metabolisme, dengan gejala seperti kegemukan, diabetes, hipertensi, serangan jantung, kerapuhan tulang, penurunan daya ingat, dan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Sebuah penelitian lain dilakukan oleh The National Institute on Aging terhadap sekitar 4.800 orang berusia di atas 71 tahun. Mereka juga menemukan bahwa orang-orang yang mengalami depresi kronis, paling tidak selama 6 tahun terus-menerus, memiliki risiko 88 persen lebih besar menderita kanker pada 4 tahun ke depan.
Para peneliti menduga bahwa depresilah yang mengakibatkan rusaknya T-cell dan bagian tubuh lain yang dapat membantu melawan penyakit. Inilah yang menjadi pencetus penyakit kanker. Tak hanya kanker, depresi juga dipercaya menjadi sumber penyakit diabetes, serangan jantung, dan asma.
Jadi, bagaimana, masih mau pelihara pikiran negatif? Lebih baik legowo dan tidak mudah terpancing untuk berpikir negatif bukan, agar bisa menjauh dari risiko berbagai macam penyakit? (SA)