Cakupan imunisasi di luar Jawa keseluruhan baru mencapai 72,79 persen. Bahkan secara rinci masih ada provinsi dengan cakupan kurang dari 50 persen, yakni Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.
Sehatalami.co ~ Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kemenkes, dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan kampanye imunisasi campak-rubella dihentikan, tapi pelayanan imunisasinya tetap dilanjutkan. Keputusan tersebut dilakukan sesuai rekomendasi sejumlah organisasi kedokteran seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI).
”Statement kampanye campak dan rubella atas saran IDAI, Komnas KIPI, kita hentikan. Tapi layanan imunisasi untuk campak dan rubella tetap dilanjutkan sebagai bagian dari pelayanan,”ucap dr. Anung kepada sejumlah wartawan di Ruang Pers Naranta Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, pekan lalu (Selasa, 7/1). Esensi dari rekomendasi tersebut adalah masuknya imunisasi campak-rubella ke kegiatan imunisasi rutin lengkap.
Capaian cakupan makro imuninasi
Selanjutnya dr. Anung menjelaskan, setelah melakukan kampanye imunisasi campak dan rubella sejak 2017-2018, hasilnya cakupan imunisasi tersebut secara keseluruhan di Indonesia mencapai 87, 33 persen. ”Kalau (cakupan imunisasi) keseluruhan Jawa dan luar Jawa, maka sesungguhnya capaian imunisasi di atas 80 persen atau 87, 33 persen,” kata dr. Anung.
Menurutnya, data cakupan imunisasi campak dan rubella itu sifatnya dinamis. Artinya, Kemenkes masih menerima laporan cakupan imunisasi dari daerah. Di Jawa, jelas dr. Anung, cakupan imunisasi campak dan rubella di semua kabupaten/kota di Jawa rata-rata di atas 100 peren. Hal ini berkontribusi terhadap menurun atau rendahnya kasus campak dan rubella di Jawa.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Direktorat P2P pada 15 Januari 2018 kasus campak dan rubella (Januari hingga Juli 2017) terbilang tinggi. Setelah dilakukan imunisasi, jumlah kasus campak dan rubella menurun drastis.
Sebagai contoh pada Januari dan Juli 2017, kasus campak di Januari mencapai 449 orang, dan rubella mencapai 147 orang. Selain itu, kasus campak pada Juli 2017 mencapai 98 orang dan rubella mencapai 143 orang.
Kemudian penurunan kasus terjadi pada Agustus hingga Desember. Misalnya pada Agustus, kasus campak mencapai 52 orang dan rubella 34 orang, sementara pada Desember kasus campak hanya 6 orang dan rubella hanya 3 orang.
”WHO apresiasi capaian tersebut. Secara totalitas untuk Indonesia meski belum 95%, tapi dalam periode 2 tahun mencapai 87,33 persen patut diapresiasi,” kata dr. Anung. (bersambung).