Karbohidrat, Sahabat bukan Musuh
Tubuh mengolah makanan mengandung karbohidrat untuk membuat glukosa, bentuk gula yang dapat digunakan langsung sebagai energi atau disimpan untuk digunakan kemudian.
Karbohidrat antara lain dibutuhkan untuk memacu kerja otak, otot, serta memasok energi ke berbagai fungsi tubuh, seperti jantung dan paru-paru.
Karenanya asal dipilih dari sumber makanan yang benar dan asupan tidak berlebihan, karbohidrat tidak akan menumpuk dan menjadi lemak yang membuat tubuh melebar alias melar.
Sebab secara alami tubuh akan mengubah kelebihan karbohidrat menjadi lemak. Menurut panduan diet sehat Departemen Pertanian Amerika Serikat pada tahun 2005, sumber karbohidrat terbaik adalah yang mengandung banyak serat seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian utuh (whole grains).
Jenis karbohidrat ini tidak hanya memasok glukosa, tetapi juga memberi kita sebagian besar nutrisi sekaligus kalorinya. Sementara, makanan kaya serat dan nutrisi juga menghasilkan efek kenyang lebih lama. Tidak demikian halnya dengan karbohidrat olahan, yang juga sering disebut sebagai karbohidrat buruk.
Karbohidrat buruk atau olahan inilah yang sering disebut sebagai musuh, karena makanan diproses sedemikian rupa, sehingga sebagian besar serat dan kandungan gizinya terbuang. Akibatnya kita mudah lapar dan tergoda untuk sering ngemil.
Contoh umum dari karbohidrat olahan atau diproses adalah roti putih, kue, dan biskuit. Gula sederhana seperti gula meja, sirup jagung, dan berbagai produk makanan yang mengandung jenis gula ini, juga termasuk karbohidrat buruk.
Apakah buah termasuk karbohidrat buruk? Buah, karena mengandung gula sederhana dan bukan karbohidrat kompleks, tidak termasuk karbohidrat buruk. Sebab selain kaya vitamin, mineral, dan serat, buah juga tinggi air yang membuat kita mudah kenyang dengan kalori relatif sedikit.
Jadi sebenarnya, kunci untuk mengendalikan berat badan bukan mengurangi atau menjauhi karbohidrat, tapi memilih makanan sumber karbohidrat yang benar. (bersambung).