Usaha untuk mengurangi lemak trans ini antara lain telah dilakukan oleh Amerika Serikat dan 40 negara berpenghasilan tinggi lainnya. Denmark sendiri menjadi contoh negara yang telah berhasil mengeliminasi lemak trans sejak 15 tahun yang lalu.
Untuk mencapainya, para pakar meyakini bahwa langkah pertama yang harus diambil oleh negara-negara adalah menciptakan aturan atau regulasi yang membatasi penggunaan lemak trans dalam industri makanan.
Menurut para ahli, lemak trans yang dibuat dengan menambahkan hidrogen ke dalam minyak sayur sering kali digunakan dalam industri makanan karena lebih tahan lama dan membuat frosting pada cupcake lebih creamy. Selain yang sengaja dibuat, trans fat juga ada secara alami pada daging dan produk susu.
Namun, WHO merekomendasikan agar lemak trans tidak lebih dari satu persen asupan kalori. Untuk itu, mereka menyarankan agar industri makanan mengganti lemak trans yang berbahaya dengan minyak yang lebih sehat. Mereka menilai bahwa pergantian dari lemak trans ke minyak yang lebih sehat, seperti minyak canola, tidak akan menganggu kualitas makanan maupun menimbulkan biaya besar.
“Trans fat adalah racun kimia yang tidak perlu dan bisa membunuh, dan tidak ada alasan orang di seluruh dunia harus terus diekspos lemak trans,” Dr. Tom Frieden, mantan kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit – Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan presiden dan CEO of Resolve to Save Lives, saat mengomentari pengumuman WHO.