Dampaknya, sel-sel di dalam tubuh menjadi cepat aus dan rusak, darah menjadi lebih kental, pembuluh darah menyempit, timbul timbunan plak, organ-organ di dalam tubuh pun perlu bekerja ekstra keras untuk melakukan fungsinya.
Berbagai kerusakan pun terjadi. Beban berlebihan pada pankreas, di suatu titik akan menimbulkan peradangan dan gangguan produksi insulin. Kekurangan insulin menyebabkan kadar gula dalam darah terus-menerus berada dalam level yang tinggi dan jika dibiarkan dapat memicu kerusakan pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.
Bukan rahasia lagi, gula merupakan makanan favorit jamur dan bakteri. Penelitian menemukan, konsumsi gula memicu pertumbuhan jamur Candida albicans penyebab infeksi candidiasis berupa keputihan, sariawan, dan masih banyak lagi.
Gula tidak mengandung zat nutrisi?
Karena gula tidak lagi mengandung zat-zat nutrisi, maka dimetabolismenya menggunakan persediaan gizi yang terdapat dalam jaringan. Itu sebabnya, konsumsi gula berlebihan juga berperan membuat tubuh kekurangan gizi. Salah satu manifestasinya adalah, gigi jadi keropos.
Penelitian menunjukkan, kerusakan gigi akibat gula bukan semata-mata disebabkan oleh melekatnya gula pada gigi dan bakterinya saja. Metabolisme gula yang berlebihan menghabiskan persediaan kalsium dan magnesium, senyawa mineral yang dibutuhkan untuk memperkuat gigi dan jantung.
Berkurangnya persediaan gizi membuat tubuh mengira sedang kelaparan. Akibatnya, muncullah keinginan makan yang berlebihan. Di saat yang sama, gula termasuk zat yang bersifat aditif. Semakin banyak dikonsumsi, semakin besar keinginan untuk mengonsumsinya lagi dan lagi.
Jika dorongan ini tidak dituruti atau dihentikan secara mendadak, gejala yang timbul mirip kecanduan narkoba antara lain pusing, sakit kepala, labilnya suasana hati, kelelahan tanpa sebab, lesu, dan nyeri sendi.
Melumpuhkan kekebalan tubuh
Dalam bukunya yang berjudul Lick the Sugar Habit, Nancy Appleton, MD, ahli gizi klinis dari Santa Monica, California, Amerika Serikat, mengatakan, gula yang terdapat dalam gula pasir, sirup, fruktosa yang diproses, madu yang sudah dipasteurisasi, tepung putih, serta karbohidrat olahan lain telah terbukti memperburuk kondisi asma, gangguan mental, suasana hati, perilaku, diabetes, batu empedu, hipertensi, kepikunan, radang sendi, juga kanker. (bersambung).