Di Indonesia, kedelai antara lain dikenal lewat tahu dan tempe. Meski begitu, informasi nilai gizinya belum sepopular produk turunannya. Yuk, simak apa saja kandungan nilai gizi kedelai dan apa saja manfaatnya untuk kesehatan.
Sehatalami.co ~ Tahu dan tempe termasuk sumber protein nabati yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sebagai bahan makanan berbahan baku kedelai, tahu dan tempe memiliki kandungan nutrisi yang kaya. Tak jauh beda dengan bahan bakunya, tempe juga memiliki kandungan asam amino esensial dan non esensial yang lengkap, kadar lemak jenuh rendah, isoflavon dan serat yang tinggi, indeks glikemik rendah (glycemic index <55), dan mudah dicerna.
Tak mengherankan jika tahu dan tempe kini telah naik kelas. Sayangnya, meski diakui sebagai bahan pangan khas asli Indonesia, konon hak paten pembuatan tempe sudah dimiliki oleh asing. Sebuah sumber menyebutkan, 19 paten tentang tempe, 13 buah di antaranya dimiliki oleh AS dan 6 sisanya dipatenkan sebagai milik Jepang. Jadi apakah masih relevan menjadikan tempe sebagai bahan ejekan bernada sarkatis, semisal ‘bermental tempe’ atau ‘bangsa kelas tempe’?
Namun, bukan tempe atau tahu fokus bahasan kita kali ini. Tetapi kacang kedelai yang merupakan bahan baku utamanya. Sebab, tanpa memahami kandungan dan nilai gizi kedelai, bisa jadi kita akan kehilangan tahu dan tempe sebagai warisan dan kekayaan tradisi kuliner khas nusantara kita.
Asal mula kedelai
Di Indonesia, kedelai atau sering disertai ‘kacang’ di depan namanya, dikenal sebagai salah satu jenis tanaman polong-polongan. Bentuk bijinya, umumnya bulat – lonjong. Tetapi ada juga yang bulat agak pipih. Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio kedelai terletak di antara keping bijinya. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat.
Kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max) adalah keturunan dari tanaman kedelai liar Glycine soya yang berasal dari daerah Manchuria (Cina Utara). Catatan sejarah kuno dari Cina menyebutkan bahwa penanaman kacang kedelai telah dimulai 664 tahun sebelum Masehi pada masa pemerintahan dinasti Chou. Dari Cina, tanaman kedelai merambah hingga ke Jepang (abad ke-6) dan Eropa (abad ke-17). Sementara, di Indonesia, tanaman kedelai mulai dibudidayakan untuk bahan pangan dan pupuk hijau sejak abad ke-17.