Umumnya, kedelai yang dibudidayakan di Indonesia terdiri dari dua spesies. Yaitu, kedelai putih (Glycine soya), yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau dan kedelai hitam (Glycine max), yang merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti, China (RRC) dan Jepang Selatan.
Baik kedelai hitam maupun putih, bisa dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Namun, pada penanaman di sawah, biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan atau setelah musim panen padi usai. Karenanya, para petani di Indonesia mengelompokkannya sebagai jenis tanaman palawija.
Yaitu, jenis tanaman pertanian semusim, yang biasanya ditanam pada lahan kering dengan teknik tanam yang sederhana ; biji kedelai dimasukkan langsung pada lubang-lubang yang telah dibuat sedemikian rupa dengan jarak tanam antara 20 sampai 30 cm. Usia tanaman kedelai sekitar 90 hari atau tiga bulan.
Kaya kandungan nutrisi
Sebagai bahan aneka pangan seperti, tempe, tahu, susu kedelai, teoge, dan lain-lain, kedelai memang memiliki nilai gizi tinggi. Para peneliti juga menemukan bahwa kedelai memiliki manfaat kesehatan karena kedelai merupakan sumber protein tercerna yang sangat baik. Selain itu, meskipun kandungan vitamin (vitamin A, E, K dan beberapa jenis vitamin B) dan mineral (K, Fe, Zn dan P) di dalamnya tinggi, tetapi kedelai memiliki kandungan asam lemak jenuh yang rendah.
Bahkan, diketahui sekitar 60 persen kandungan asam lemak tidak jenuh pada kacang kedelai terdiri atas, asam linoleat (omega 6) dan linolenat (omega 3), yang sangat baik untuk membantu kesehatan jantung, karena dapat mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis), dan menghambat penggumpalan darah.