Selain sebagai imunostimulan dan mampu membunuh bakteri, sambiloto juga mempunyai efek farmakologis lain yang sangat bermanfaat bagi penderita TBC. Khasiatnya antara lain antidemam, meluruhkan dahak (ekspektoran), dan melindungi sel hati dari racun atau kerusakan (hepatoprotektor).
Sehatalami.co ~ Di dunia pengobatan, sambiloto mendapat julukan sebagai “King of Bitters” (Raja Pahit). Jika Anda penggemar jamu-jamuan Jawa, pasti mengenal sambiloto (Andrographis paniculata), yaitu salah satu bahan untuk membuat jamu paitan yang rasa pahitnya luar biasa. Karena rasa pahitnya itu, selain sering dikenal dengan nama ki ular, takilo, ki peurat, dan sandilata (Jawa), herba ini juga dikenal dengan nama pepaitan (Sumatera).
Tanaman yang berdaun tunggal dan berbentuk kurus ini tidak jelas asal-usulnya. Beberapa sumber menuliskan sambiloto berasal dari Cina Selatan dan India. Namun sumber lainnya mengatakan bahwa sambiloto berasal dari India dan daerah-daerah tropis di Asia, antara lain Pulau Jawa.
Yang jelas, tanaman ini sudah lama dikenal di India dan Cina sehingga termasuk sebagai salah satu tanaman obat dalam pengobatan tradisional Ayurveda dan TCM (Traditional Chinese Medicine).
Selain di India dan Cina, tanaman ini juga tumbuh dan dimanfaatkan sebagai obat di beberapa negara, antara lain Indonesia, Sri Lanka, Pakistan, Hongkong, Thailand, Malaysia, dan Swedia. Sambiloto biasanya tumbuh di tempat-tempat terbuka seperti ladang, tebing aliran sungai, dan di pinggir jalan.
Sebagai imunostimulan dan pembunuh bakteri
Setelah sempat agak terlupakan, belakangan popularitas sambiloto mulai berkibar lagi. Sambiloto tidak hanya dikenal sebagai obat anti diabetes atau anti hipertensi, bahkan tabletnya sedang dipatenkan sebagai obat anti TBC di Indonesia.
Menurut Dra Aty Widyawuriyanti, MSi, Apt, dosen dan peneliti Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, tablet sambiloto sebagai obat TBC telah disosialisasikan di puskesmas-puskesmas di Surabaya sejak akhir tahun 2007.
Sosialisasi itu bukan tanpa bukti. Pada tahun 2005, Aty bersama tiga rekannya dari Fakultas Farmasi dan Fakultas Kedokteran Unair telah melakukan penelitian. Mereka meneliti efek sambiloto terhadap respon kekebalan tubuh dan kemampuannya dalam membunuh bakteri penyebab TBC (Mycobacterium tuberculosis).
Hasil penelitian menunjukkan, efek sambiloto terhadap TBC cukup efektif. “Penderita yang mengkonsumsi sambiloto, respon kekebalan tubuhnya terhadap infeksi bakteri TBC meningkat secara signifikan. Respon kekebalan itu ditandai dengan kerja sel makrofag yang meningkat secara drastis. Dan meski terdapat efek antibakteri terhadap Mycobacterium tuberculosis, hasilnya tidak terlalu signifikan,” jelas Aty. (bersambung).