Dalam TCM (traditional Chinese medicine) sirih dikenal mempunyai sifat yang karena menghangatkan dan mempunyai rasa pedas, digunakan untuk menghentikan batuk, mengurangi peradangan, menghilangkan gatal, serta meluruhkan kentut.
Sedang di India, zat aromatik daun sirih dikenal bersifat antiseptik, menghangatkan, dan bahkan menggairahkan seks. Karenanya penelitian di sana diarahkan untuk meredakan sakit gigi, mengobati penyakit asma, bronkitis, rematik, lepra, dan juga disfungsi ereksi.
Bermacam-macam daun sirih
Sirih merah (Piper betle L.var. Rubrum) pun sebetulnya sudah lama dikenal di daerah Yogyakarta. Baru akhir-akhir ini sirih merah banyak dilirik para pencinta tanaman hias yang tertarik pada warna dan guratan-guratannya yang eksotik.
Seperti halnya saudara tuanya si sirih kuning, sirih merah tumbuh merambat. Bedanya, daunnya berbentuk jantung hati dan berwarna hijau dengan guratan merah keunguan. Jika dibalik baru tampak warna merah marun.
Sirih merah tampak makin menarik karena guratan-guratan indah pada permukaan yang mengkilap dan tidak merata. Ciri lainnya, batangnya berwarna hijau keunguan, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar.
Sirih merah tidak berbunga. Tidak seperti sirih kuning, jika disobek, sirih merah mengeluarkan lendir, Dan jika dimakan rasanya pahit dan getir dengan aroma yang lebih wangi dari “sepupu” pendahulunya.
Meski masyarakat Sleman, Yogyakarta, telah memanfaatkannya secara turun temurun untuk mengobati berbagai macam penyakit, baru belakangan sirih merah mulai secara serius diperhitungkan sebagai tanaman obat, setelah dipopulerkan oleh Bambang Sudewo, seorang pengobat herbal dari Yogyakarta. (bersambung).