Konsumsi mentimun juga bermanfaat untuk detoksifikasi. Kandungan air hingga 90 persen, menjadikan mentimun memiliki efek diuretik – memperlancar buang air kecil, membantu menghilangkan dan menetralkan toksin (racun), serta membantu menggelontor bakteri di sepanjang usus dan dinding kandung kemih.
Sehatalami.co ~ Sejatinya hampir setiap hari kita disuguhi lalapan menimun, terutama pada kuliner khas daerah. Dengan demikian, popularitas mentimun alias ketimun dalam dunia kuliner sudah tidak diragukan lagi. Meski mentimun dapat ditemukan dalam berbagai hidangan hampir di setiap negara, namaun masih saja ada yang meragukan mentimun.
Mereka ragu apakah mentimun termasuk jenis pangan bergizi atau hanya mengandung air belaka. Padahal di balik penampilannya yang sederhana dan harganya yang murah tersimpan banyak khasiat sehat.
Dari Asia ke seluruh dunia
Anda pati tidak mengira bahwa sayuran yang masih satu famili dengan melon, semangka, dan labu ini berasal dari pegunungan Himalaya di India Utara. Ya, dari daerah dingin tapi bisa hidup di mana saja. Tapi begitulah kata para pakar. Dan sudah dibudidayakan di kawasan Asia Selatan sejak 3000 tahun yang lalu.
Wow! Dari Asia, mentimun diperkenalkan ke Eropa oleh orang Yunani, Romawi, dan Mesir. Selain diolah menjadi makanan, mentimun juga bisa menjadi obat. Penduduk Romawi kuno menggunakan ketimun untuk mengobati gigitan kalajengking dan mengompres mata yang lelah.
Penduduk Asia juga meminum jus timun untuk menyejukkan tubuh saat musim panas tiba. Mentimun memang punya efek mendinginkan, bahkan sampai ada ungkapan Inggris populer: “cool as a cucumber”.
Di Indonesia, sayuran rambat yang punya nama latin Cucumis sativus ini punya banyak nama daerah seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa barat), temon atau antemon (Madura), ketimun atau antimun (Bali), hantimun (Lampung), dan timon (Aceh). (bersambung).