Marjolein Visser, dkk. dalam penelitiannya The Third National Health and Nutrition Examination Survey (yang dilakukan1988 sampai 1994) mempelajari bahwa kadar CRP darah 16616 pria dewasa dan wanita yang tidak sedang hamil yang kelebihan berat badan dan obesitas berhubungan dengan peradangan sistemik tingkat rendah sebagaimana ditunjukkan oleh kadar CRP.
Meningkatnya kadar CRP terjadi pada 27,6 persen populasi. Orang yang kelebihan berat badan dan kegemukan sama-sama cenderung meningkat kadar CRP-nya disbanding orang dengan berat badan normal.
Kesimpulan, menjadi gemuk merupakan bagian dari gangguan peradangan, dan lemak tubuh menimbulkan peradangan. Inilah alasan mengapa kelebihan berat badan meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan gangguan-gangguan lainnya. Anak-anak yang kelebihan berat badan juga meningkat kadar CRP-nya.
4. Gangguan gula darah
Diabetes berhubungan dengan meningkatnya kadar CRP. Hal ini nyata karena diabetes meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar CRP yang tinggi juga telah ditemukan pada pasien Alzheimer yang peningkatan CRP-nya dianggap sebagai gangguan pada peradangan otak. Tidak mengherankan bahwa penderita artritis dan kanker juga cenderung meningkat kadar CRP-nya.
5. Penyakit gigi.
Orang yang sakit gigi juga meningkat kadar CRP-nya. Penyebabnya adalah infeksi kronis atau peradangan guzi. Hal itu juga bisa memperlihatkan tidak cukupnya kadar antioksidan yang membantu penyembuhan.
Jurnal Periodontology melaporkan bahwa efek peradangan dari penyakit gigi yang disebabkan oleh infeksi kronis bakteri pada gusi, membuat bakteri (yang dihasilkan rongga mulut) memasuki aliran darah. Ini memicu hati membuat protein seperti CRP yang menimbulkan radang pada arteri dan menimbulkan penggumpalan darah.
Penyakit gigi perlu diperhatikan karena merupakan faktor utama yang meningkatkan kadar CRP. Demikian kata Dr. Steven Offenbacher, anggota American Academy of Periodontology.
6. Infeksi virus
Peneliti bernama Zhu dan peneliti lain memberikan hipotesa dalam The Journal of The American College of Cardiology (1999) bahwa cytomegalovirus, (anggota keluarga virus herpes) mungkin memicu peradangan. Ini ditunjukkan oleh meningkatnya kadar CRP. Pasien dengan Influensa tipe A juga cenderung tinggi kadar CRP-nya.
7. Merokok
Merokok meningkatkan kadar CRP, dan beberapa peneliti menemukan juga bahwa CRP-nya akan tetap tinggi meski mereka telah berhenti merokok.
8. Penggunaan Estradiol
Penggunaan estradiol dengan atau tanpa progestagen pada wanita pasca menopausemeningkatkan kadar CRP secara nyata selama 12 minggu, baik pada penggunaan 2 mg estradiol saja atau 2 mg estradiol dengan progestagen, dibandingkan dengan placebo.
Penelitian itu menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kardiovaskuler bahkan terlihat jika menggunakan terapi hormon. Awal meningkatnya kadar CRP dimulai ketika memulai terapi sulih hormon (Ithromb Haemost 1999)
9. Proses penuaan
Rata-rata kadar CRP meningkat dua kali lipat dengan meningkatnya usia, dari sekitar 1 mg/L pada usia muda menjadi mendekati 2 mg/L pada usia tertua, dan hal ini cenderung lebih tinggi pada wanita. Ini menjelaskan bahwa CRP tidak berhubungan dengan bangsa tertentu tapi lebih berhubungan dengan umur dan faktor lainnya.
CRP bisa diturunkan
Menurunkan CRP dapat dilakukan dengan cara mencegah terjadinya peradangan. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 3800 relawan klinis yang terdiri dari pria dan wanita yang diukur kadar inflamasi darahnya dengan tes CRP, terungkap bahwa peradangan dapat dicegah dengan mencukupi asupan magnesium.
- Mereka yang mendapat kurang dari 50 persen AKG (angka kecukupan gizi) untuk magnesium (310-420 mg per hari) berkemungkinan mempunyai kadar CRP tinggi (yang berbahaya adalah 3 kali lebih besar).
- Mereka yang berumur di atas 40 tahun dan kelebihan berat badan, dengan asupan magnesium kurang dari 50% AKG akan membuat risiko peradangan yang merusak pembuluh darah meningkat 2 kali lipat.
Sumber makanan yang kaya kandungan magnesium di antaranya adalah kedelai, kacang-kacangan, biji-bijian, padi-padian utuh (tidak diproses), pisang, aprikot yang dikeringkan, alpokat, dan sayuran berdaun hijau.
Selain itu, asupan vitamin dalam kadar tinggi bisa menurunkan kadar CRP khususnya pada pasien diabetes tipe 2. Perlu dicatat bahwa ada beberapa bentuk vitamin E dan bentuk sintetis dari vitamin E tidak memiliki aktivitas biologi atau potensi seperti halnya vitamin E alami.
Setidaknya ada 8 bentuk vitamin E. Bentuk yang paling mudah ditemukan adalah alpha-tocopherol yang paling efektif. Penggunaan makanan utuh berkualitas tinggi sebagai sumber vitamin E lebih baik (jika tidak ada alergi).
Senyawa polifenol yang terdapat pada virgin olive oil juga memiliki efek antiperadangan dan antioksidan pada penyakit kardiovaskuler. Senyawa fenol pada virgin olive oil memberikan efek perlindungan pada penelitian epidemiologi.
Pro-inflammatory immune sitokin menyebabkan meningkatnya kadar CRP. Sitokin ini bisa ditekan dengan mengkonsumsi suplemen seperti DHA, hormon DHEA, dan vitamin K. Zat-zat gizi dan herba lainnya yang saat ini masih diteliti yang diketahui memiliki zat antiperadangan juga penting dalam menjaga kadar CRP tetap sehat.
Karena CRP nampaknya menimbulkan terlepasnya vitamin A, C, dan E, sebagaimana karotenoid, seng, dan selenium, maka orang yang meningkat kadar CRP-nya perlu menambah konsumsi zat-zat tersebut demi kesehatan jantungnya.
Penurunan berat badan, khususnya yang membuat hilangnya lemak perut mampu untuk menurunkan kadar CRP. Kurangi konsumsi gula olahan dan makanan yang tinggi glikemik indeksnya, ditambah olahraga.
Penurunan berat badan harus menjadi prioritas bukannya menggunakan obat-obatan. Ingatlah bahwa untuk menurunkan kadar CRP, dan mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, tidak hanya perlu menurunkan berat badan (jika Anda kegemukan), tetapi penting juga untuk menjalani terapi jika Anda menderita gangguan gigi dan gusi.(SA)