Masalahnya, ketika tubuh tak lagi cukup menghasilkan melanin untuk mengikis sinar UVB yang diserap kulit, maka yang terjadi kulit terbakar. Meski begitu, UVB tak cukup kuat menembus kaca jendela. Maka, duduk dekat jendela baik di ruang tertutup (rumah, gedung) maupun di dalam mobil, kulit kita tetap aman terhadap paparan sinarUVB.
Namun ketika berada di luar ruangan, UVA lah yang langsung menembus kulit, bahkan sampai ke lapisan dermis (kulit jangat), yaitu lapisan di bawah kulit ari tempat kolagen (si penunjang kekenyalan kulit), kelenjar keringat, kelenjar lemak, akar rambut, ujung saraf perasa, dan pembuluh darah kapiler.
Tak heran bila paparan UVA dianggap paling bertanggung jawab atas berbagai macam kerusakan kulit. Mulai dari penuaan, keriput, noda hitam, tahi kulit, bahkan hingga kanker kulit. Namun yang perlu diwaspadai ternyata sinar UV juga berpengaruh buruk pada mata, karena dapat mempercepat pengeruhan lapisan kornea, yang kita kenal dengan istilah gangguan katarak.
Pilih sun block atau sun screen ?
Sejak dulu manusia telah sadar bahwa kulit perlu dilindungi dari sisi jahat sinar matahari. Itu sebabnya mereka mencari tempat berteduh, mulai dari gua-gua hingga akhirnya membangun rumah. Mereka pun membuat pelindung yang melekat di tubuh, berupa pakaian dan berbagai pelengkapnya, seperti topi, payung, juga kacamata antisinar matahari.
Masyarakat tradisional di Jawa dan Kalimantan pun membuat ramuan penangkal sinar matahari/tabir surya alami yang dibuat dari rempah-rempah asli, seperti beras tumbuk, kulit kayu bangkal, temugiring, daun pandan, yang dicampur dengan rendaman air bunga mawar, melati, kenanga, dan sirih. (bersambung).