Tiga jenis isoflavon dalam kedelai yaitu, daidzein, glisitein, dan genistein. Bahkan, pada bahan pangan hasil olahan kedelai, terutama pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut, juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini adalah disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
Prof Dr Ir Made Astaan, MS, pakar gizi dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, menuturkan, senyawa isoplavon genestein dan daidzein dalam kedelai, dapat bertindak mirip hormone estrogen dan dikenal sebagai fitoestrogen, yang dapat berperan sebagai pengganti alami hormone estogren.
Nah, kandungan fitoestrogen dalam kedelai inilah yang dapat membantu tubuh menghasilkan lebih banyak estrogen, sehingga dapat berperan mengurangi proses penuaan dini pada kulit.
Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara.
Cara mengonsumsi kedelai
Namun, meski banyak penelitian membuktikan manfaat dan kandungan gizi kedelai, tetapi tetap perlu diperhatikan cara mengolah dan mengonsumsinya agar kandungan nilai gizi dan manfaat yang diperoleh tidak rusak.
Menurut Dr Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK, ahli mikronutrisi dari Persatuan Dokter Gizi klinik Indonesia (PDGKI), kendati kedelai memiliki kadar indek glikemik yang rendah, tetapi jika cara mengolah dan mengonsumsinya salah.