Seperti dituturkan lewat blog pribadinya (deelestari.com), Dee bahkan membelanjakan honor menyanyi, untuk membeli laptop pertamanya. Beberapa karya seperti Perahu Kertas, Filosofi Kopi, Rico de Coro, adalah beberapa karya yang ia tulis saat di bangku kuliah dan baru diterbitkan, setelah sepuluh tahun kemudian.
Dee pernah tergerak ikut lomba menulis artikel yang diadakan majalah Gadis (1993). Dan berhasil menjadi pemenang lomba. Namun, karena tidak percaya diri, ia memakai nama adiknya. Sang Kakek, Key Mangunsong, beberapa tahun kemudian, yang kebetulan berteman dengan Hilman Hariwijaya (Lupus), menunjukkan cerpen Rico de Coro. Hilman lalu menembuskannya ke majalah remaja Mode, dan kemudian mendapat sambutan hangat pembaca.
Dee baru merasa percaya diri, untuk mengorbitkan karya pertamanya (2000), setelah ia berhasil menyelesaikan manuskrip yang ia rasa layak menjadi buku pertamanya, yakni Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (KPBJ). Namun, ia pun masih tidak yakin naskahnya bakal bisa menembus penerbit.
Selain itu, lantaran ia juga ingin memenuhi tenggat waktu yang ia janjikannya sendiri, Dee lalu menerbitkan bukunya sendiri di bawah label Truedee Books. Sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, jika akhirnya buku tersebut akan terjual laris. Saat itu, ia hanya ingat, cita-cita masa kecilnya untuk memiliki buku sendiri dan bertekad memenuhinya di ulang tahunnya yang ke-25.
Maka jadilah pada Januari 2001, Supernova KPBJ terbit, dan di luar dugaan memecahkan rekor buku terlaris dalam waktu singkat. Tujuh ribu buku habis dalam waktu 14 hari.
Itu adalah awal kisah Dee mulai terkenal sebagai penulis. Hingga akhirnya, episode kedua Supernova: Akar menyusul pada tahun 2002, lalu Supernova: Petir (2004). Dan kemudian, Dee menerbitkan antologi pertamanya, Filosofi Kopi, yang merupakan kumpulan karyanya dari tahun 1995 – 2005 saat ia masih duduk di bangku kuliah. Filosofi Kopi berhasil menjadi Karya Sastra Terbaik 2006 versi majalah Tempo dan menjadi 5 Besar Khatulistiwa Literary Award. Kini kita bisa menyaksikan, film dengan judul yang sama, Filosofi Kopi. (bersambung).