Habiburrahman El Shirazy ( 39 tahun) punya cerita lain lagi. Kang Abik, begitu panggilan akrabnya, justru mengawali proses kreatifnya menulis novel, Ayat-ayat Cinta dari kondisi keterdesakan. Saat itu, ia belum lama pulang ke tanah air setelah menyelesaikan studinya Universitas Al-Azhar, Kairo. Pada suatu hari, ia mengalami kecelakaan lalu lintas, hingga membuatnya tidak bisa lagi menjalankan aktivitasnya sebagai pengajar untuk beberapa bulan lamanya. Insiden yang justru membawa berkah.
Mengisi waktu dan membunuh kebosanan, ia pun menggunakan waktu luangnya untuk memulai menulis novel pertamanya, Ayat-ayat Cinta, yang pada waktu itu diterbitkan secara berkala sebagai cerita bersambung di Harian Umum Republika. Ayat-ayat Cinta, kemudian diterbitkan sebagai sebuah novel utuh oleh penerbit Rupublika, Desember 204, dan kemudian menjadi karya best seller.
Dari sini, Kang Abik kemudian menjelma menjadi penulis novel religi popular di tanah air. Berturut-turut, karya-karya lain segera muncul, Di Atas Sajadah Cinta (2004, telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), dan Ketika Cinta Bertasbih (2007), Bumi Cinta (2010). Novel Ketika Cinta Bertasbih, bahkan telah difilmkan dan menjadi salah satu film terlaris di tahun 2009.
Tentu masih ada banyak para penulis popular Indonesia lainnya. Ada Ayu Utami (47 tahun), yang muncul lewat novel fenomenal berjudul Saman, yang berhasil memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta (1998). Dari sini, karya-karya Ayu Utami kemudian lahir, seperti Larung ( 2008), dan Bilangan Fu (2008).
Ada nama Ahmad Fuadi (42 tahun), yang terkenal dengan novel perdananya, Negeri 5 Menara (2009), dan menjadi salah satu karya best seller di tahun tersebut. Penulis yang dikenal dengan nama pena A. Fuadi, ini memulai karir kepenulisannya dengan menjadi koresponden majalah TEMPO dan wartawan VOA di Washington DC, Amerika Serikat. (bersambung).