6. Hal-hal yang sepele, lupakan saja
Ada yang menyalip kendaraan di jalan raya? Pembantu di rumah mengepel lantai dengan cara yang tidak sesuai perintah? Sebagai makluk sosial, kita hidup bersama orang lain. Jadi, wajar saja apabila sesekali bersenggolan. Jika itu terjadi, mari tarik napas panjang… lalu hembuskan. Selanjutnya, fokus lagi pada prioritas.
7. Tetapkan limit
Marah itu wajar. Merasa tersakiti, frustasi, atau emosi juga boleh-boleh saja. Izinkan diri sendiri untuk merasakannya. “Namun, tetapkan batasan sampai kapan kita perlu mengikuti perasaan tersebut,” kata Kearney-Cooke. Saat batasan waktunya sudah habis, kembalilah pada realita. Hadapi, dan cari jalan keluarnya.
8. Mulai dari diri sendiri
Seorang filsuf mengatakan, “Daripada berharap menyelimuti seluruh muka bumi dengan permadani, lebih baik kita berjalan menggunakan alas kaki.” Jangan menuntut orang lain untuk berubah demi keadaan yang lebih baik. Namun, terlibatlah secara aktif dengan memulai perubahan dari diri sendiri. (bersambung).